1. Defenisi etika
bisnis sebagai sebuah profesi
a. Defenisi Etika
Bisnis
Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang masih
berkaitan dengan personal, perusahaan ataupun masyarakat. atau bisa juga
diartikan pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan
bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal
secara ekonomi maupun sosial.
Dalam menerapkan etika dalam berbisnis kamu harus
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku di dalam masyarakat. Disamping
itu etika bisnis juga bisa diterapakan dan dimunculkan dalam perusahaan sendiri
karena memiliki keterkaitan dengan profesional bisnis. Perusahaan menyakini
prinsip bisnis yang baik adalah yang memperhatikan etika-etika yang berlaku,
seperti menaati hukum dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan Menurut
Velasques pengertian etika bisnis adalah merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar
moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
B. Etika Moral, hukum dan
agama dalam bisnis
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok
mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Pedoman moral mencakup
norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini
benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada
objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral
seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”.
Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang
mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam
“kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali
terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan
seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.
Hakekat standar moral :
1.
Standar moral berkaitan dengan
persoalan yang kita anggap akan merugikan secara
serius atau benar-benar akan
menguntungkan manusia.
2.
Standar moral tidak dapat
ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu.
3.
Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain
termasuk (khususnya)
kepentingan diri.
kepentingan diri.
- Standar
moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.
- Standar
moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.
- Standar
moral, dengan demikian, merupakan standar yang berkaitan dengan persoalan
yang kita anggap mempunyai
konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik
bukan otoritas, melampaui kepentingan diri,
didasarkan pada pertimbangan yang tidak
memihak, dan yang pelanggarannya diasosiasikan
dengan perasaan bersalah dan malu
dan dengan emosi dan kosa kata tertentu.
C. Klasifikasi bisnis
Kebutuhan hidup
manusia semakin hari dirasakan semakin meningkat sejalan dengan perubahan
dan
perkembangan pola hidup masyarakatnya. kehidupan manusia yang pada mulanyamasih
sangat
sederhana hanya menggantungkan pada
hasil-hasil alami yang tersedia didalamdirinya sendiri maupun
dengan
memanfaatkan apa yang telah ada di alam sekitamya. Padasaat inipun kebutuhan
hidup manusia
masih
sangat sederhana. Manusia dalam masyarakat primitif baru memilikikebutuhan
ekonomi yang
sederhana terutama berupa kebutuhan dasar yang
bersifat jasmaniah yaitu:
1.
Makan,
minum dan pakaian
2.
Kebutuhan
akan tempat tinggal
3.
Kebutuhan
akan istirahat
semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi secara alami.Dengan demikian
semakin hari semakin
meningkatpengenalan manusia tentang alam sekitamya, bertambah jumlah
penghuni alamjugamenipisnya
ketersediaan bahan kebutuhan manusia serta timbulnya berbagai gangguan dan
hambatandalam hidup,
maka masyarakat itu mulai menyadari pentingnya mencari upaya untuk
mengatasi rasa tidakaman
tersebut,mereka menjadi saling memerlukan untuk bekerja sama mengatasi
kesulitan hidup merekaDengan
per-kembangan pola kehidupan ini, maka kebutuhan manusia makin meningkat.
2. Prinsip Etika Dalam Bisnis Serta
Etika Dilingkungan
A.
Perinsip ekonomi, kejujuran dan keadilan
Dalam prinsip otonomi
etika bisnis lebih diartikan sebagai kehendak dan rekayasa bertindak secara
penuh berdasar pengetahuan dan
keahlian perusahaan dalam usaha untuk mencapai prestasi-prestasi terbaik
sesuai dengan misi, tujuan dan sasaran perusahaan sebagai kelembagaan.
Disamping itu, maksud dan tujuan
kelembagaan ini tanpa merugikan pihak lain atau pihak eksternal.
1. prinsip Ekonomi
Dalam pengertian etika bisnis,
otonomi bersangkut paut dengan kebijakan eksekutif perusahaan dalam
mengemban misi, visi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran , kesejahteraan para pekerjanya
ataupun komunitas yang dihadapinya.
Otonomi disini harus mampu mengacu pada nilai-nilai
profesionalisme pengelolaan perusahaan dalam menggunakan sumber daya
ekonomi.
Oleh karena itu konklusinya dapat diringkaskan bahwa otonomi dalam
menjalankan fungsi bisnis yang
berwawasan etika bisnis ini meliputi tindakan manajerial yang terdiri atas
:
1. Dalam pengambilan keputusan bisnis.
2. Dalam tanggung jawab kepada : diri sendiri, para pihak yang terkait dan
pihak-pihak masyarakat dalam
arti luas.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip Kejujuran dalam
Etika Bisnis Prinsip kejujuran dalam etika bisnis merupakan nilai yang
paling mendasar dalam mendukung
keberhasilan kinerja perusahaan. Kegiatan bisnis akan berhasil jika
dikelola dengan prinsip kejujuran.
Baik terhadap karyawan, konsumen, para pemasok dan pihak-pihak lain
yangterkait dengan kegiatan bisnis ini.
Prinsip yang paling hakiki dalam aplikasi bisnis berdasarkan
kejujuran ini terutama dalam pemakai
kejujuran terhadap diri sendiri.
3. perinsip keadilan
Prinsip
keadilan yang dipergunakan untuk mengukur bisnis menggunakan etika bisnis
adalah
keadilan bagi semua pihak yang terkait
memberikan kontribusi langsung atau tidak langsung terhadap
keberhasilan bisnis.Para pihak ini
terklasifikasi ke dalam stakeholder. Oleh karena itu, semua pihak ini
harus mendapat akses positif dan sesuai dengan
peran yang diberikan oleh masing-masing pihak ini pada
bisnis. Semua pihak harus mendapat akses layak
dari bisnis. Tolak ukur yang dipakai menentukan atau
memberikan kelayakan ini sesuai dengan
ukuran-ukuran umum yang telah diterima oleh masyarakat bisnis
dan umum.
B.
Hak dan Kewajiban
1. Hak
untuk mendapatkan mitra (kolega) bisnis antar perusahan, hak untuk mendapatkan
perlindungan
bisnis, hak untuk memperoleh keuntungan bisnis, dan hak untuk memperoleh rasa aman dalam berbisnis.
bisnis, hak untuk memperoleh keuntungan bisnis, dan hak untuk memperoleh rasa aman dalam berbisnis.
2. Kewajiban
dalam mencari mitra (rekanan) bisnis yang cocok yang bisa diajak untuk
bekerjasama, saling
menguntungkan diantara kedua belah pihak dalam pencapaian tujuan yang telah disepakati bersama demi kemajuan perusahaan, menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang terwujud dalam perilaku dan sikap dari setiap karyawan terhadap mitra bisnisnya.
menguntungkan diantara kedua belah pihak dalam pencapaian tujuan yang telah disepakati bersama demi kemajuan perusahaan, menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang terwujud dalam perilaku dan sikap dari setiap karyawan terhadap mitra bisnisnya.
C.
Teori Etika Lingkungan
1. Human-Centered (berpusat pada manusia atau antroposentris) Antroposentrisme
adalah
teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta.
2. Life-Centered (berpusat pada kehidupan
atau biosentris)
Pendekatan
etika ini dianggap lebih memadai sebab dalam praksisnya tidak menjadikan
lingkungan hidup dan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya sebagai obyek yang begitu saja dapat dieksploitasi.
Sebaliknya, pendekatan etika ini justru sungguh menghargai mereka sebagai
“subyek” yang memiliki nilai pada dirinya. Pada teori life centered ini
dibedakan menjadi dua :
1) Biosentrisme
(Intermediate Environmental Ethics )
Teori
ini menganggap serius setiap kehidupan dan makhluk hidup di alam semesta
2) Ekosentrisme (Deep
Environmental Ethics)
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori
etika lingkungan biosentrisme. Pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas
untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism).
3. God-Centered (berpusat pada Tuhan)
Teosentrisme merupakan teori etika
lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, yaitu
hubungan antara manusia dengan lingkungan dan dengan adanya campur
tangan Tuhan.
D. Prinsip Etika Lingkungan
Keraf (2010) memberikan minimal ada
sembilan prinsip dalam etika lingkungan hidup :
1.
Sikap hormat terhadap alam atau respect for nature alam mempunyai hak
untuk dihormati, tidak saja karena kehidupan manusia tergantung pada alam,
tetapi terutama karena kenyataan ontologis bahwa manusia adalah bagian integral
dari alam.
2.
Prinsip tanggung jawab atau moral responsibility for nature prinsip
tanggung jawab bersama ini, setiap orang dituntut dan terpanggil untuk
bertanggung jawab memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan cara
memiliki yang tinggi seakan milik pribadinya
3.
Solidaritas kosmis atau cosmic solidarity solidaritas kosmis mendorong
manusia untuk menyelamatkan lingkungan, untuk menyelamatkan semua kehidupan di
alam.
4. Prinsip kasih sayang dan kepedulian
terhadap alam atau caring for nature Prinsip kasih sayang dan kepedulian
terhadap alam merupakan prinsip moral, yang artinya tanpa mengharapkan balasan.
5. Prinsip tidak merugikan atau no harm
merupakan prinsip tidak merugikan alam secara tidak perlu,. tidak perlu
melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi makhluk hidup lainnya.
6. Prinsip hidup sederhana dan selaras
dengan alam prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup, dan bukan
kekayaan, sarana, standar material.
7. Prinsip keadilan prinsip keadilan
lebih diekankan pada bagaimana manusia harus berperilaku satu terhadap yang
lain dalam keterkaitan dengan alam semesta dan bagaimana sistem sosial harus
diatur.
8. Prinsip demokrasi alam semesta sangat
beraneka ragam. demokrasi memberi tempas yang seluas–luasnya bagi perbedaan,
keanekaragaman, dan pluralitaas. oleh karena itu orang yang peduli terhadap
lingkungan adalah orang yang demokratis.
9. Prinsip integritas moral prinsip ini
menuntut pejabat publik agar mempunyai sikap dan perilaku terhormat serta
memegang teguh prinsip-prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik.
3. Modal Etika Dalam bisnis
A. imoral, amoral, dan moral manajemen
dimana imoral adalah tingkatan terendah dari model manajemen dalam
menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe
ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan
moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan
aktivitas bisnisnya.
Amoral adalah Tingkatan kedua dalam aplikasi
etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral manajemen. Berbeda dengan
immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan
tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe
amoral ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak sengaja berbuat amoral
(unintentional amoral manager).
Dan moral manajemen adalah ingkatan tertinggi
dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral
manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan
pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas
bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan mematuhi
aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika
dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini
menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang
dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka
patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melebihi
dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum.
B. Agama, filosofi budaya, dan hukum
Unyuk
agama sendiri adalah sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan
kebenarannya yang absolut. Tiada keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai
etika yang bersumber dari agama. Agama berkorelasi kuat dengan moral. Setiap
agama mengandung ajaran moral atau etika yang di jadikan pegangan bagi para
penganutnya. Pada umumnya, kehidupan beragama yang baik akan menghasilkan
kehidupan moral yang baik pula. Orang-orang dalam organisasi bisnis secara luas
harus menganut nilai shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah.
Filsavat
adalah sumber utama nilai-nilai etika yang dapat dijadikan sebagai acuan dan
referensi dalam pengeJolaan dan pengendalian perilaku pebisnis dengan aktifitas
usaha bisnisnya adalah filsafat. Ajaran-ajaran filsafat tersebut mengandung
nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari pemikiran-pemikiran filsuf dan ahli
filsafat yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dan
untuk budaya adalah Referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai
acuan etika bisnis adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari
suatu bangsa maupun budaya yang bersumber dari berbagai negara (Cracken, 1986).
Budaya yang mengalami transisi akan melahirkan nilai, aturan-aturan dan
standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu dan selanjutnya
diwujudkan dalam perilaku seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas yang
lebih besar.
Hukum adalah Hukum merupakan aturan hidup yang
bersifat memaksa dan si pelanggar dapat diberi tindakan hukum yang tegas dan
nyata. Hukum moral dalam banyak hal lebih banyak mewarnai lilai-nilai etika.
Hukum moral adalah tuntunan perilaku manusia yang ditaati karena kesadaran yang
bersumber pada hati nurani dan bertujuan untuk mencapai kebahagiaan.
Selain hukum moral yang biasanya tidak tertulis dan hanya ditulis untuk penjelasan informasi semata, etika bisnis juga mengadopsi aturan-aturan yang berlaku pada suatu daerah, negara atau kesepakatan-kesepakatan hukum internasional. Harapan-harapan etika ditentukan oleh hukum yang berlaku itu. Hukurn mengatur serta mendorong perbaikan masalah yangdipandang buruk atau baik dalam suatu komunitas. Sayangnya hingga saat ini kita masih menemukan kendala-kendala penyelenggaraan hukum etika di Indonesia.
Selain hukum moral yang biasanya tidak tertulis dan hanya ditulis untuk penjelasan informasi semata, etika bisnis juga mengadopsi aturan-aturan yang berlaku pada suatu daerah, negara atau kesepakatan-kesepakatan hukum internasional. Harapan-harapan etika ditentukan oleh hukum yang berlaku itu. Hukurn mengatur serta mendorong perbaikan masalah yangdipandang buruk atau baik dalam suatu komunitas. Sayangnya hingga saat ini kita masih menemukan kendala-kendala penyelenggaraan hukum etika di Indonesia.
C. Leadership
Kepemimpinan
yang baik dalam bisnis adalah kepemimpinan yang beretika. Etika adalah ilmu
normative penuntun manusia, yang memberi perintah bagi kita apa yang harus kita
kerjakan dalam batas-batas sebagai manusia. Itu menunjukkan kita dengan siapa
dan apa
yang sebaiknya dilakukan. Maka etika diarahkan menuju
perkembangan manusida dan mengarahkan kita menuju aktualisasi kapasitas terbaik
bagi kita.
D. Karakteristik Individu dan Budaya
organisasi
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain
adalah karena peran banyak individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam
perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi
pada tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya. Semua kualitas individu nantinya akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor-faktor yang diperoleh dari luar dan kemudian menjadi prinsip
yang dijalani dalam kehidupannya dalam bentuk perilaku. Faktor-faktor tersebut
yang pertama adalah pengaruh budaya, pengaruh budaya ini adalah pengaruh
nilai-nilai yang dianut dalam keluarganya. Seorang berasal dari keluarga
tentara, mungkin saja dalam keluarganya di didik dengan disiplin yang kuat,
anak anaknya harus beraktivitas sesuai dengan aturan yang diterapkan orang
tuanya yang kedua, perilaku ini akan dipengaruhi oleh lingkunganya yang
diciptakan di tempat kerjanya. Aturan ditempat kerja akan membimbing individu
untuk menjalankan peranannya ditempat kerja. Peran seseorang dalam oerganisasi
juga akan menentukan perilaku dalam organisasi,seseorang yang berperangsebagai
direktur perusahaan, akan merasa bahwa dia adalah pemimpin dan akan menjadi
panutan bagi para karyawannya,sehingga dalam bersikap dia pun akan mencoba
menjadi orang yang dapat dicontoh oleh karyawannya, misalnya dia akan selalu
datang dan pulang sesuai jam kerja yang ditentukan oleh perusahaan. Faktor yang
ketiga adalah berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia hidup berupa
kondisi politik dan hukum, serta pengaruh–pengaruh perubahan ekonomi. Moralitas
seseorang juga ditentukan dengan aturan-aturan yang berlaku dan kondisi negara
atau wilayah tempat tinggalnya saat ini. Kesemua faktor ini juga akan terkait
dengan status individu tersebut yang akan melekat pada diri individu
tersebut yang terwuju dari tingkah lakunya.
Budaya organisasi adalah suatu kumpulan
nilai-nilai, norma-norma, ritual dan pola tingkah laku yang menjadi
karakteristik suatu organisasi. Setiap budaya perusahaan akan memiliki dimensi
etika yang didorong tidak hanya oleh kebijakan-kebijakan formal perusahaan,
tapi juga karena kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang berkembang dalam
organisasi perusahaan tersebut, sehingga kemudian dipercayai sebagai suatu
perilaku, yang bisa ditandai mana perilaku yang pantas dan mana yang tidak
pantas.
Budaya-budaya perusahaan inilah yang membantu terbentuknya nilai dan moral ditempat kerja, juga moral yang dipakai untuk melayani para stakeholdernya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat dijadikan yang baik. Hal ini juga sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan.
Budaya-budaya perusahaan inilah yang membantu terbentuknya nilai dan moral ditempat kerja, juga moral yang dipakai untuk melayani para stakeholdernya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat dijadikan yang baik. Hal ini juga sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan.
4. Mengapa Bisnis sangat memerlukan etika !
Karna dalam dunia bisnis, kita sebagai pelaku bisnis harus (diwajibkan)
memiliki karakter yang baik. Hal ini merupakan sebagai alat pendorong majunya
suatu bisnis yang sedang kita jalankan. Karna didalam bisnis juga tidak luput
dari intraksi dengan sesama manusia, itu sebabnya bisnisjuga tentang
kemanusiaan. Pembisnis yang bermoral akan mampu menjalankan bisnisnya.
Refrensi :
http://bisnisi.com/pengertian-definisi-tujuan-dan-fungsi-etika-bisnis/
https://sitinovianti.wordpress.com/2015/10/24/model-etika-dalam-bisnis-sumber-nilai-etika-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-etika-manajerial/
http://budisma.net/2016/08/5-prinsip-etika-bisnis.html
Keraf,A. Sonny. 2010.
Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara
https://www.jurnal.id/id/blog/2017/pengertian-tujuan-dan-contoh-etika-bisnis-dalam-perusahaan
https://mariaulfah56.wordpress.com/2015/12/05/prinsip-otonomi-kejujuran-dan-keadilan-pada-etika-bisnis/
0 comments:
Post a Comment
Lusy Tutorial Indonesia
- Dilarang Memasang Komentar berisikan Link Hidup
- No Sara, No Porno, No Spam
- Dilarang Mempromosikan Blog
- Berkomentar sesuai Artikel yang bersangkutan
- Blog ini dofollow
Atas perhatiannya saya ucapkan Banyak Terima Kasih